Kata fiksi berasal dari fiction
yang berarti rekaan, khayalan, tidak berdasarkan kenyataan, atau dapat juga berarti suatu pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran semata.
Sebagai karya fiksi pemaparan suatu peristiwa atau seseorang seolah-olah
terjadi atau seolah-olah benar-benar ada atau telah pernah ada. Padahal
pemaparan tersebut tidak pernah ada ia hanya berada dalam hanyalan dan pikiran
pengarang semata. Meskipun fiksi menyandarkan penciptaannya dengan kekuatan
imajinasi sastrawan, tetapi bukan berarti pula semua fiksi ditulis sepenuhnya
dengan dukungan imajinasi. Ditemukan juga tokoh dan peristiwa dalam fiksi yang
berhubungan dengan orang tertentu dan kejadian tertentu yang pernah ada dalam
realitas objektif. Misalnya novel Salah Asuhan karya Abdul Muis, dapat
dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam realitas objektif
sekitar tahun 1920-an. Tenggelamnya kapal dagang Belanda Van der Wijck di dekat
Tuban Jawa Timur telah mengilhami Hamka menciptakan sebuah roman.
Karya fiksi dapat dibedakan dalam
berbagai bentuk, baik itu roman, novel, novelet, maupun cerpen. Perbedaan
berbagai macam bentuk dalam karya fiksi itu pada dasarnya hanya terletak pada
kadar panjang pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita serta jumlah pelaku
yang mendukung cerita itu sendiri. Akan tetapi, elemen-elemen yang dikandungnya
oleh setiap bentuk karya fiksi maupun cara pengarang pemaparkan isi ceritanya
memiliki kesamaan. Oleh sebab itu, hasil telaah suatu roman, misalnya pemahaman
atau keterampilan telaah itu, dapat juga diterapkan dalam menelaah novel maupun
cerpen.
Unsur Intrinsik Pembangun Karya
Sastra
·
Setting (latar)
Setting
adalah latar peritiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu yang
memiliki fungsi fisikal dan psikologis. Setting fisikal berhubungan tempat di lingkungan
tertentu. Setting psikologis setting berupa lingkungan atau benda-benda dalam
lingkungan tertentu yang bernuasa suatu makna serta mampu mengajuk emosi
pembaca.
·
Penokohan
Pelaku
yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu
menjalin suatu cerita disebut tokoh. Cara pengarang menampilkan tokoh atau
pelaku disebut penokohan. Penokohan meliputi masalah penamaan, keadaan fisik,
keadaan psikis, dan karakter. Pemilihan nama tokoh walaupun sederhana namun
berpengaruh terhadap peran, watak, dan masalah yang akan dimunculkan. Pemilihan
nama Siti Nurbaya oleh Marah Rusli ada maksudnya dan tidak bisa dibayangkan
kalau tpkph itu diberi nama Upik Banun, Habibah, Pariyem, Susi, atau Margareth,
jika permasalahan sebagaimana yang diperlukan untuk mendukung permasalahan
novel Siti Nurbaya.
·
Alur (Plot)
Alur
adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga
menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku. Dalam cerita fiksi atau
cerpen, urutan peristiwa dapat beraneka ragam. Montage dan Henshow menjelaskan
tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita dapat tersusun sebagai berikut. Exposition
yakni tahapan awal yang berisi penjelasan tentang tempat kejadian peristiwa
serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita. Inciting force
yakni tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku yang bertentangan
dari pelaku. Rising action yaknisituasi panas karena pelaku dalam cerita
mulai berkonflik. Crisis yakni situasi semakin panas dan para pelaku
sudah diberi gambaran nasib oleh pengarangnya. Climax situasi puncak
ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi hingga para pelaku
mendapatkan nasibnya sendiri-sendiri. Faling action yakni kadar konflik
sudah menurun hingga ketenganggan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju
conclution atau penyelesaian cerita.
0 komentar:
Posting Komentar