Pidato
merupakan Public Speaker atau retorika. Retorika adalah seni untuk
berbicara dengan baik berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis
yang digunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Menurut Aristoteles ada lima
hukum retorika (Five Cannons of Rhetoric). Hukum itu adalah:
1.
Inventio (penemuan) yaitu penggalian
topik dan pemahaman kebutuhan audience.
2.
Dispositio (Penyusunan) yaitu penyusunan
materi atau pengorganisasian pesan meliputi pengantar, isi pesan dan argumen,
dan penutup.
3.
Elocutio (gaya) yaitu pemilihan kata dan
bahasa yang tepat sesuai karakteristik publik.
4.
Memoria (memori) yaitu mengingat materi
yang akan disampaikan.
5.
Pronuntiatio (penyampaian) yaitu
penyampaian pesan secara lisan beserta akting, olah suara, olah vokal dan
gerakan anggota badan.
Tahap-tahap
beridato:
1.
Tahap persiapan (Preparation)
2.
Tahap penyiapan pesan (Message
organization)
3.
Tahap penyampaian (Delivery)
Tahap persiapan
Sebelum
mempersiapkan teks pidato beberapa hal berikut perlu
diperhatikan, yaitu tujuan pembicaraan, komunitas pendengar, topik yang
menarik, pengetahuan tentang topik, riset (keterangan
tambahan) tentang topik, poin utama presentasi, informasi pendukung, alat
bantu, persiapan bahasa, dan hal-hal kecil yang dapat membantu.
Tahap penyiapan
pesan, memperhatikan struktur pidato seperti,
pengantar, isi dan argumen, dan penutup.
Membaca naskah
pidato tidak sama dengan membaca cerpen atau novel. Untuk membaca naskah pidato
ada aspek yang perlu diberi penekanan. Oleh sebab itu, sebelum membaca naskah
pidato di depan khalayak perlu dipahami lebih dulu pesan dalam naskah pidato
dan cara penyampaiannya. Pembaca naskah pidato harus memperhatikan reaksi
pendengar. Disamping itu, pembaca teks pidato juga harus memperhatikan sikap
sebagai berikut:
1.
Pandangan mata jangan selalu tertuju pada
teks dan peganglah teks setinggi dada sehingga pandangan anda tertuju pada
audiens.
2.
Ucapkan pidato dengan jelas, intonasi
yang tepat, dan disertai dengan mimik yang serasi.
3.
Jangan gugup di depan pendengar
(audiens), bersikaplah wajar.
Salah satu metode pidato yang
berhubungan dengan membaca nyaring adalah metode naskah. Metode naskah ini,
sama halnya dengan metode menghafal, materi pidato telah direncanakan dan
ditulis lengkap. Perbedaannya teks atau naskah tidak dihafal karena akan dibaca
saat berpidato. Kemahiran dalam memberikan tekanan pada kata, frasa, atau
kalimat dan variasi suara sangat penting untuk menghidupkan pidato karena mata
pembicara lebih banyak ditujukan pada teks.
Membaca nyaring merupakan
hal penting dan erat kaitannya dengan
metode naskah. Orator atau orang yang berpidato tidak hanya harus mahir membaca
tetapi harus dapat mengomunikasikan gagasan-gagasan yang terdapat di balik kata
dan kalimat dalam teks kepada pendengar. Oleh karena itu, diperlukan kemahiran dalam mengubah-ubah nada suara dan
tekanan sehingga pendengar tidak sedang melihat orang yang membaca.
Artikulasi atau lafal dalam
berpidato, yaitu pengucapan bunyi bahasa, baik fonem, kata, maupun kalimat.
Jika artikulasi jelek, apalagi berbaur dengan suara gaduh, pendengar tidak akan
memberikan perhatian. Oleh karena itu, pengucapan bunyi-bunyi bahasa harus
jelas.
Volume suara seorang pembaca teks
pidato pun harus terpelihara. Artinya, harus dapat menyesuaikan dengan keadaan
ruangan dan jumlah pendengar. Kecepatan berbicara dapat diubah sesuai dengan
penting tidaknya isi uraian.
Seseorang yang berpidato harus
memperlihatkan dirinya betul-betul sebagai seorang manusia yang hidup karena
pendengar hadir bukan untuk mendengar suara dari rekaman atau radio, tetapi
ingin mendengar sesuatu langsung dari manusianya. Oleh karena itu, gerak gerik
harus lincah, bebas dan tidak kaku.
Selain gerak-gerik,
ekspresi wajah atau mimik sangat pula menentukan keberhasilan sebuah pidato.
Sekalipun membaca naskah, ekspresi pembaca naskah tetap harus muncul untuk
menghilangkan bahaya besar yaitu tidak adanya kontak pandang antara pembicara
dan pendengar.
Jalaluddin Rakhmad menyebutkan ada
tiga jenis pidato, yaitu
1. Pidato
persuasif yaitu pidato yang bertujuan
memengaruhi auduiens
2. Pidato
informatif yaitu pidato yang bertujuan menyampaikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada audiens.
3. Pidato
rekreatif yaitu pidato yang bertujuan memberi hiburan kepada audiens.
Sebelum membaca secara nyaring, ada beberapa langkah
yang harus dilakukan, yaitu:
1. Bacalah
teks terlebih dahulu secara sekilas (skimming) untuk mendapatkan informasi
pokok dan informasi tambahan secara cepat dengan menandai kata-kata,
frasa-frasa, dan kalimat-kalimat inti.
2. Lanjutkanlah
dengan membaca teliti (close reading) dengan tujuan untuk memahami teks
sepenuhnya, organisasinya, dan hubungan gagasan-gagasan bawahan dengan
gagasan-gagasan utama.
3. Bacalah
dengan nyaring secara berulang-ulang sesuai dengan hasil penafsiran pada
langkah-langkah sebelumnya dengan memerhatikan nada suara, tempo dan tekanan.
Untuk dapat membaca naskah pidato
dengan baik, kita juga dapat memberikan tanda-tanda jeda dan intonasi pada teks
tersebut. Dengan demikian kita akan lebih lancar dalam membaca teks pidato.
Adapun tanda-tanda yang dimaksud sebagai berikut:
1.
/ : Untuk
jeda pendek
2.
// : Untuk
jeda panjang atau berhenti
3. ● : Untuk
intonasi mendatar
Metode pidato
1. Metode
impromptu (serta merta) adalah metode penyajian berdasarkan kebutuhan sesaat
2. Metode
menghafal adalah penyajian lisan yang dibawakan dengan metode ini bukan saja
direncanakan, tetapi ditulis secara lengkap kemudian dihafal kata demi kata.
3. Metode naskah sangat dianjurkan karena merupakan jalan tengah. Uraian yang
dibicarakan dengan metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat
catatan-catatan yang penting, yang sekaligus menjadi urutan bagi uraian itu.
0 komentar:
Posting Komentar