Slide # 1

Slide # 1

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 2

Slide # 2

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 3

Slide # 3

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 4

Slide # 4

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Slide # 5

Slide # 5

Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts Read More

Minggu, 23 Maret 2014

Pengertian Pidato

Pidato merupakan Public Speaker atau retorika. Retorika adalah seni untuk berbicara dengan baik berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis yang digunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Menurut Aristoteles ada lima hukum retorika (Five Cannons of Rhetoric). Hukum itu adalah:
1.    Inventio (penemuan) yaitu penggalian topik dan pemahaman kebutuhan audience.
2.    Dispositio (Penyusunan) yaitu penyusunan materi atau pengorganisasian pesan meliputi pengantar, isi pesan dan argumen, dan penutup.
3.    Elocutio (gaya) yaitu pemilihan kata dan bahasa yang tepat sesuai karakteristik publik.
4.    Memoria (memori) yaitu mengingat materi yang akan disampaikan.
5.    Pronuntiatio (penyampaian) yaitu penyampaian pesan secara lisan beserta akting, olah suara, olah vokal dan gerakan anggota badan.
Tahap-tahap beridato:
1.    Tahap persiapan (Preparation)
2.    Tahap penyiapan pesan (Message organization)
3.    Tahap penyampaian (Delivery)
Tahap persiapan
Sebelum mempersiapkan teks pidato beberapa hal berikut perlu diperhatikan, yaitu tujuan pembicaraan, komunitas pendengar, topik yang menarik, pengetahuan tentang topik, riset (keterangan tambahan) tentang topik, poin utama presentasi, informasi pendukung, alat bantu, persiapan bahasa, dan hal-hal kecil yang dapat membantu.
Tahap penyiapan pesan, memperhatikan struktur pidato seperti, pengantar, isi dan argumen, dan penutup.
       Membaca naskah pidato tidak sama dengan membaca cerpen atau novel. Untuk membaca naskah pidato ada aspek yang perlu diberi penekanan. Oleh sebab itu, sebelum membaca naskah pidato di depan khalayak perlu dipahami lebih dulu pesan dalam naskah pidato dan cara penyampaiannya. Pembaca naskah pidato harus memperhatikan reaksi pendengar. Disamping itu, pembaca teks pidato juga harus memperhatikan sikap sebagai berikut:
1.    Pandangan mata jangan selalu tertuju pada teks dan peganglah teks setinggi dada sehingga pandangan anda tertuju pada audiens.
2.    Ucapkan pidato dengan jelas, intonasi yang tepat, dan disertai dengan mimik yang serasi.
3.    Jangan gugup di depan pendengar (audiens), bersikaplah wajar.

Salah satu metode pidato yang berhubungan dengan membaca nyaring adalah metode naskah. Metode naskah ini, sama halnya dengan metode menghafal, materi pidato telah direncanakan dan ditulis lengkap. Perbedaannya teks atau naskah tidak dihafal karena akan dibaca saat berpidato. Kemahiran dalam memberikan tekanan pada kata, frasa, atau kalimat dan variasi suara sangat penting untuk menghidupkan pidato karena mata pembicara lebih banyak ditujukan pada teks.
       Membaca nyaring merupakan hal  penting dan erat kaitannya dengan metode naskah. Orator atau orang yang berpidato tidak hanya harus mahir membaca tetapi harus dapat mengomunikasikan gagasan-gagasan yang terdapat di balik kata dan kalimat dalam teks kepada pendengar. Oleh karena itu, diperlukan  kemahiran dalam mengubah-ubah nada suara dan tekanan sehingga pendengar tidak sedang melihat orang yang membaca.
Artikulasi atau lafal dalam berpidato, yaitu pengucapan bunyi bahasa, baik fonem, kata, maupun kalimat. Jika artikulasi jelek, apalagi berbaur dengan suara gaduh, pendengar tidak akan memberikan perhatian. Oleh karena itu, pengucapan bunyi-bunyi bahasa harus jelas.
Volume suara seorang pembaca teks pidato pun harus terpelihara. Artinya, harus dapat menyesuaikan dengan keadaan ruangan dan jumlah pendengar. Kecepatan berbicara dapat diubah sesuai dengan penting tidaknya isi uraian.
Seseorang yang berpidato harus memperlihatkan dirinya betul-betul sebagai seorang manusia yang hidup karena pendengar hadir bukan untuk mendengar suara dari rekaman atau radio, tetapi ingin mendengar sesuatu langsung dari manusianya. Oleh karena itu, gerak gerik harus lincah, bebas dan tidak kaku.
Selain gerak-gerik, ekspresi wajah atau mimik sangat pula menentukan keberhasilan sebuah pidato. Sekalipun membaca naskah, ekspresi pembaca naskah tetap harus muncul untuk menghilangkan bahaya besar yaitu tidak adanya kontak pandang antara pembicara dan pendengar.
Jalaluddin  Rakhmad menyebutkan ada tiga jenis pidato, yaitu
1.    Pidato persuasif  yaitu pidato yang bertujuan memengaruhi auduiens
2.    Pidato informatif yaitu pidato yang bertujuan menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya kepada audiens.
3.    Pidato rekreatif yaitu pidato yang bertujuan memberi hiburan kepada audiens.
Sebelum membaca secara nyaring, ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1.    Bacalah teks terlebih dahulu secara sekilas (skimming) untuk mendapatkan informasi pokok dan informasi tambahan secara cepat dengan menandai kata-kata, frasa-frasa, dan kalimat-kalimat inti.
2.    Lanjutkanlah dengan membaca teliti (close reading) dengan tujuan untuk memahami teks sepenuhnya, organisasinya, dan hubungan gagasan-gagasan bawahan dengan gagasan-gagasan utama.
3.    Bacalah dengan nyaring secara berulang-ulang sesuai dengan hasil penafsiran pada langkah-langkah sebelumnya dengan memerhatikan nada suara, tempo dan tekanan.
Untuk dapat membaca naskah pidato dengan baik, kita juga dapat memberikan tanda-tanda jeda dan intonasi pada teks tersebut. Dengan demikian kita akan lebih lancar dalam membaca teks pidato. Adapun tanda-tanda yang dimaksud sebagai berikut:


1.     /   : Untuk jeda pendek
2.    //   : Untuk jeda panjang atau berhenti
       3.      : Untuk intonasi mendatar
4.             : :Untuk intonasi naik
5.  : untuk intonasi turun




Metode pidato
1.    Metode impromptu (serta merta) adalah metode penyajian berdasarkan kebutuhan sesaat
2.    Metode menghafal adalah penyajian lisan yang dibawakan dengan metode ini bukan saja direncanakan, tetapi ditulis secara lengkap kemudian dihafal kata demi kata.

3.    Metode naskah sangat dianjurkan karena merupakan jalan tengah. Uraian yang dibicarakan dengan metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat catatan-catatan yang penting, yang sekaligus menjadi urutan bagi uraian itu.

Cerpen: Peradilan Rakyat

 Peradilan Rakyat
Cerpen Putu Wijaya
  Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum. "Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini."
Pengacara tua yang berjambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.
"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?" Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?" "Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."
Pengacara muda itu tersenyum. "Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."

"Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini.Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."
Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih terasa.

"Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri."

Pengacara tua itu meringis."Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. Berarti kita bisa bicara sungguh-sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan." "Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun!" Pengacara tua itu tertawa. "Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!" potong pengacara tua. Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada kekeliruannya lalu minta maaf.

"Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang hendak kamu katakan," sambung pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu, "jangan membatasi dirimu sendiri. Jangan membunuh diri dengan diskripsi-diskripsi yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini."

Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang. "Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog."
"Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya."
"Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka. Tetapi aku tolak mentah-mentah. Kenapa? Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani.

Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin dan beku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang.
Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini." Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu menyimak. Kemudian ia melanjutkan.

"Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat supaya aku bersedia untuk membelanya." "Lalu kamu terima?" potong pengacara tua itu tiba-tiba. Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran. "Bagaimana Anda tahu?"
Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh. Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian ia berkata: "Sebab aku kenal siapa kamu."
Pengacara muda sekarang menarik napas panjang. "Ya aku menerimanya, sebab aku seorang profesional. Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya."
Pengacara tua mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti. "Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?" "Antara lain." "Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku." Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang tua itu. "Jadi langkahku sudah benar?" Orang tua itu kembali mengelus janggutnya.
"Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik. Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik-praktik pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena ketakutan, bukan?" "Tidak! Sama sekali tidak!"
"Bukan juga karena uang?!"
"Bukan!" "Lalu karena apa?" Pengacara muda itu tersenyum.
"Karena aku akan membelanya."
"Supaya dia menang?"
"Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya sebagai klienku. "Pengacara tua termenung. "Apa jawabanku salah?" Orang tua itu menggeleng.
"Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai pemenang."
"Jangan meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan."
"Tapi kamu akan menang." "Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang."
"Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu besar untuk kalah saat ini."

Pengacara muda itu tertawa kecil. "Itu pujian atau peringatan?" "Pujian." "Asal Anda jujur saja."
"Aku jujur."
"Betul?" "Betul!" Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Yang tua memicingkan matanya dan mulai menembak lagi. "Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan?"
"Bukan! Kenapa mesti takut?!" "Mereka tidak mengancam kamu?" "Mengacam bagaimana?" "Jumlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya juga adalah sebuah ancaman. Dia tidak memberikan angka-angka?"
"Tidak." Pengacara tua itu terkejut. "Sama sekali tak dibicarakan berapa mereka akan membayarmu?" "Tidak." "Wah! Itu tidak profesional!" Pengacara muda itu tertawa. "Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang!" "Tapi bagaimana kalau dia sampai menang?"
Pengacara muda itu terdiam.
"Bagaimana kalau dia sampai menang?" "Negara akan mendapat pelajaran penting. Jangan main-main dengan kejahatan!" "Jadi kamu akan memenangkan perkara itu?" Pengacara muda itu tak menjawab. "Berarti ya!" "Ya. Aku akan memenangkannya dan aku akan menang!"

Orang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya bersandar. Kedua tangannya mengurut dada. Ketika yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat tangannya.
"Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu melakukan itu bukan karena takut, bukan karena kamu disogok." "Betul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. Aku tidak takut."
"Dan kamu menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negaramu, bukan?"
"Betul."
"Kalau begitu, pulanglah anak muda. Tak perlu kamu bimbang.
Keputusanmu sudah tepat. Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang profesional."
Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi pengacara tua tidak memberikan kesempatan.
"Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia."
Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan. "Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu sebagai seorang profesional." "Tapi..."
Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam." Entah karena luluh oleh senyum di bibir wanita yang memiliki mata yang sangat indah itu, pengacara muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali lagi orang tua itu dengan segala hormat dan cintanya. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita itu, agar suaranya jangan sampai membangunkan orang tua itu dan berbisik.
"Katakan kepada ayahanda, bahwa bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara. Dan semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang lalai."

Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.

Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.

"Setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku berbicara sebagai profesional, anakku," rintihnya dengan amat sedih, "Aku terus membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra. Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja seorang profesional, tetapi juga seorang putra dari ayahmu. Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan sebuah perkara, di mana seorang penjahat besar yang terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini?" ***

Pengertian Cerpen

Kata fiksi berasal dari fiction yang berarti rekaan, khayalan, tidak berdasarkan kenyataan, atau dapat juga berarti suatu pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran semata. Sebagai karya fiksi pemaparan suatu peristiwa atau seseorang seolah-olah terjadi atau seolah-olah benar-benar ada atau telah pernah ada. Padahal pemaparan tersebut tidak pernah ada ia hanya berada dalam hanyalan dan pikiran pengarang semata. Meskipun fiksi menyandarkan penciptaannya dengan kekuatan imajinasi sastrawan, tetapi bukan berarti pula semua fiksi ditulis sepenuhnya dengan dukungan imajinasi. Ditemukan juga tokoh dan peristiwa dalam fiksi yang berhubungan dengan orang tertentu dan kejadian tertentu yang pernah ada dalam realitas objektif. Misalnya novel Salah Asuhan karya Abdul Muis, dapat dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam realitas objektif sekitar tahun 1920-an. Tenggelamnya kapal dagang Belanda Van der Wijck di dekat Tuban Jawa Timur telah mengilhami Hamka menciptakan sebuah roman.
          Karya fiksi dapat dibedakan dalam berbagai bentuk, baik itu roman, novel, novelet, maupun cerpen. Perbedaan berbagai macam bentuk dalam karya fiksi itu pada dasarnya hanya terletak pada kadar panjang pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita serta jumlah pelaku yang mendukung cerita itu sendiri. Akan tetapi, elemen-elemen yang dikandungnya oleh setiap bentuk karya fiksi maupun cara pengarang pemaparkan isi ceritanya memiliki kesamaan. Oleh sebab itu, hasil telaah suatu roman, misalnya pemahaman atau keterampilan telaah itu, dapat juga diterapkan dalam menelaah novel maupun cerpen.

Unsur Intrinsik Pembangun Karya Sastra
·      Setting (latar)
Setting adalah latar peritiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu yang memiliki fungsi fisikal dan psikologis. Setting fisikal berhubungan tempat di lingkungan tertentu. Setting psikologis setting berupa lingkungan atau benda-benda dalam lingkungan tertentu yang bernuasa suatu makna serta mampu mengajuk emosi pembaca.
·      Penokohan
Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh. Cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku disebut penokohan. Penokohan meliputi masalah penamaan, keadaan fisik, keadaan psikis, dan karakter. Pemilihan nama tokoh walaupun sederhana namun berpengaruh terhadap peran, watak, dan masalah yang akan dimunculkan. Pemilihan nama Siti Nurbaya oleh Marah Rusli ada maksudnya dan tidak bisa dibayangkan kalau tpkph itu diberi nama Upik Banun, Habibah, Pariyem, Susi, atau Margareth, jika permasalahan sebagaimana yang diperlukan untuk mendukung permasalahan novel Siti Nurbaya.
·      Alur (Plot)

Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku. Dalam cerita fiksi atau cerpen, urutan peristiwa dapat beraneka ragam. Montage dan Henshow menjelaskan tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita dapat tersusun sebagai berikut. Exposition yakni tahapan awal yang berisi penjelasan tentang tempat kejadian peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita. Inciting force yakni tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku. Rising action yaknisituasi panas karena pelaku dalam cerita mulai berkonflik. Crisis yakni situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh pengarangnya. Climax situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi hingga para pelaku mendapatkan nasibnya sendiri-sendiri. Faling action yakni kadar konflik sudah menurun hingga ketenganggan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclution atau penyelesaian cerita.

Jumat, 21 Maret 2014

Berbagai Teknik Kompresi Data


Berbagai Teknik Kompresi Data
Seiring dengan perkembangan informasi yang sangat cepat dan juga perkembangan teknologi multimedia yang sangat pesat,  maka data yang berkembang di seluruh dunia akan terus bertambah dan ukuran dari data-data yang dihasilkan juga terus meningkat. Hal ini juga didukung oleh semakin lebar dan murahnya bandwidthinternet. Akan tetapi, tempat (storage) yang tersedia untuk menyimpan data saat ini masih terbatas dan juga internet yang murah dan cepat tidak dimiliki oleh semua orang, sehingga untuk melakukan transfer data yang besar melalui jaringan internet cukup sulit dilakukan.
Mengingat hal di atas, banyak orang yang berfikir bagaimana caranya untuk melakukan efisiensi penyimpanan data pada tempat penyimpanan yang terbatas. Hingga saat ini, sudah sangat banyak metode/algoritma yang dapat digunakan untuk melakukan kompresi/pemampatan pada data. Pada tulisan ini, saya akan membahas beberapa teknik kompresi data untuk data dengan tipe TextImageAudio, dan Video.
Sebelum membahas tentang berbagai algoritma tersebut, perlu diketahui bahwa pada kompresi data terdapat jenis kompresi Lossless Compression dan Lossy Compression.

Lossless Compression
Lossless Compression merupakan metode kompresi data dimana data yang sudah dikompresi dapat dikembalikan ke bentuk semula secara utuh. Kompresi jenis lossless compression biasanya melakukan kompresi dengan dua buah langkah: langkah pertama yaitu membangkitkan model statistik dari data yang dimasukkan, dan langkah kedua adalah menggunakan model tersebut untuk memetakan data yang dimasukan kedalam rangkaian bit dimana data/simbol yang memiliki frekuensi tertinggi akan menghasilkan keluaran (output) yang paling pendek. Salah satu implementasi dari lossless compression adalah Kode Huffman (Huffman Coding) yang merupakan bagian dari kompresi data/file dengan format ZIP.

Lossy Compression
Lossy Compression merupakan kebalikan dari Lossless Compression dimana data yang sudah dikompresi akan sulit atau bahkan tidak mungkin dikembalikan ke bentuk semula secara utuh. Biasanya kompresi jenis ini melakukan kompresi data dengan cara menghilangkan/membuang sebagian data dan tidak akan memberikan perubahan yang besar pada data tersebut.
1.      Kompresi data tipe Text
Didalam representasi data pada komputer, text merupakan kumpulan dari karakter/simbol yang dapat dibaca baik oleh manusia maupun oleh komputer. Satu buah karakter/simbol biasanya berukuran 1 byte / 8 bit.
Untuk melakukan kompresi data jenis text, kita harus menggunakan metode lossless compression karena data berjenis text harus dapat dikembalikan ke bentuk semula secara utuh untuk dapat kembali dibaca.
            Metode kompresi RLE (Run Length Encoding) dan Huffman Coding adalah metode kompresi untuk data berjenis text yang akan saya jelaskan pada tulisan ini.

RLE (Run Length Encoding)
Misalkan, ada seseorang yang alay berteriak :
“AAAAAKUUUUU CHAYYYYYAAAAANK KAAAAMUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU !!!!!!”
Pesan diatas akan sangat cocok jika dikompresi menggunakan metode kompresi RLE karena kompresi RLE menghitung jumlah kemunculan simbol lalu menuliskan simbol tersebut sebanyak satu kali diikuti dengan jumlah kemunculannya. Data diatas berukuran 66 byte, dan kita akan melakukan kompresi RLE terhadap data tersebut :
Ubah data dalam bentuk sekuensial
Data teks diatas sudah dalam bentuk sekuensial :
AAAAAKUUUUU CHAYYYYYAAAAANK KAAAAMUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!!!!
-  Hitung jumlah kemunculan karakter
(A,6) (K,1) (U,5) (spasi,1) (C,1) (H,1) (A,1) (Y,5) (A,5) (N,1) (K,1) (spasi,1) (K,1) (A,5) (M,1) (U,24)(!,6)

Tulis hasil kompresi
A6K1U5 1C1H1A1Y5A5N1K1 1K1A5M1U24!6
Setelah proses kompresi, maka data yang dihasilkan akan berukuran 35 byte. Dengan proses kompresi            tersebut, kita telah menghemat tempat penyimpanan sebesar 31 byte (47%) !!.

Huffman Coding
Kompresi dengan algoritma Huffman Coding dilakukan dengan cara :
1.       Hitung frekuensi kemunculan setiap simbol.
2.       Pilih dua buah simbol dengan frekuensi terkecil, lalu gabungkan dalam satu tangkai.
3.       Ulangi langkah kedua hingga tidak ada lagi tangkai yang dapat digabungkan.
Misalnya, terdapat sebuah pesan : “ABABAAAADDDCCCFBB”. Pesan tersebut berukuran 17 byte (termasuk spasi).
Pertama, kita akan menghitung kemunculan setiap karakter :
Simbol
Kemunculan
A
6
B
4
C
3
D
3
F
1

Pilih dua buah simbol dengan frekuensi terkecil, yaitu simbol F dan D, lalu gabungkan.
Simbol
Kemunculan
A
6
B
4
C
3
(D,F)
4

Pilih kembali dua buah simbol dengan frekuensi terkecil, lalu gabungkan. Ulangi hal ini hingga tidak dapat lagi digabungkan.
Simbol
Kemunculan
A
6
B
4
(C,(D,F))
7

Simbol
Kemunculan
(A,B)
10
(C,(D,F))
7

Simbol
Kemunculan
((A,B), (C,(D,F)))
17
Pembentukan pohon Huffman :






Dari pohon diatas, maka huruf ‘D’ dapat kita kodekan dengan : 000. Berikut ini merupakan tabel lengkap hasil pengkodean seluruh simbol :
Simbol
Kode
A
10
B
11
C
00
D
010
F
011

Berdasarkan tabel diatas, maka “ABABAAAADDDCCCFBB” dapat kita kodekan menjadi seperti berikut : 101110111010101001001001000000001101111. Data hasil kompresi berukuran 29 bit / 4 byte. Dengan demikian, kita telah menghemat sebanyak 13 byte (76%) !!!.

2.      Kompresi data tipe Image
Kompresi pada jenis data Image biasanya dilakukan dengan metode kompresi lossy compression dimana terdapat beberapa informasi yang dihilangkan untuk mengurangi ukuran dari informasi yang ada.
Contoh penerapan kompresi data pada Image adalah JPEG dan Quantizing Compression.
Teknik kompresi Quantizing Compression bersifat lossy dan digunakan untuk mereduksi data dengan asumsi bahwa perubahan data tidak akan berpengaruh banyak pada informasi. Kompresi ini dilakukan dengan menggunakan matrik kuantisasi.
Contoh :



Hasil Reduksi :

Sedangkan untuk tipe data JPEG, kompresi data dapat dilakukan dengan tiga buah model :
a.  Sequential: kompresi dilakukan secara top-down, left-right menggunakan proses single-scan dan algoritma Huffman Encoding 8 bit secara sekuensial.
b. Progressive: kompresi dilakukan dengan multiple-scan secara progresif, sehingga kita dapat mengira-ira gambar yang akan kita download.
c.  Hierarchical: super-progressive mode, dimana image akan dipecah-pecah menjadi sub image yang disebut frame. Frame pertama akan membentuk image dalam resolusi rendah hingga berangsur-angsur ke resolusi tinggi.

3.      Kompresi data tipe Audio
Kompresi data jenis audio juga biasanya bersifat lossy. Salah satu implementasi dari kompresi data audio adalahMP3MP3 merupakan salah satu format file audio yang sangat sering kita temui. MP3 didapat dari proses kompresi data hasil rekaman dan memanfaatkan kelemahan pendengaran manusia dalam proses kompresinya. Kompresi data pada file MP3 dilakukan dengan cara :
1.       Menghilangkan informasi-informasi audio yang tidak dapat didengar oleh manusia (frekuensi suara yang diluar jangkauan indera pendengaran manusia).
2.       Manusia tidak mampu mendengarkan suara pada frekuensi tertentu dengan amplitude tertentu jika pada frekuensi di dekatnya terdapat suara dengan amplitude yang jauh lebih tinggi. Oleh karena itu, informasi audio tersebut tidak perlu dikodekan.
3.       Terkadang dual-channel stereo mengirimkan informasi yang sama. Informasi tersebut cukup ditempatkan dalam salah satu channel saja dengan ditambah beberapa informasi tertentu.

4.      Kompresi data tipe Video
Video dapat dikompresi dengan metode lossless compression maupun lossy compression. Dengan menggunakanlossless compression seperti huffman coding atau arithmetic coding, maka data video dapat dikembalikan secara utuh seperti semula. Data video juga dapat dikompresi dengan menggunakan metode lossy compression, contohnya dengan menghilangkan beberapa frame pada video tersebut.
Video memiliki format yang beragam, dan masing-masing format tersebut menggunakan codec yang berbeda dan memiliki skema kompresi yang berbeda pula. Salah satu format file video hasil kompresi adalah MPEG.

5.      Kelebihan dan kekurangan berbagai macam metode kompresi data
Setelah melihat beberapa pembahasan diatas, kita dapat mengetahui bahwa kompresi lossless menggunakan algoritma RLE dan Huffman Coding akan tergantung pada data yang akan dikompresi. Contohnya, dalam algoritma RLE (Run Length Encoding), jika dalam runtunan, karakter yang muncul berbeda-beda maka ukuran file akan menjadi dua kali lipat atau bahkan lebih. Dalam penerapan Huffman Coding juga ukuran file outputtergantung pada file input, terkadang juga dapat terjadi hasil kompresi memiliki ukuran yang lebih besar dari ukuran semula dan juga penerapan Huffman Coding membutuhkan tempat pada awal (header) file untuk menyimpan informasi yang diperlukan untuk proses dekompresi (decoding).
Kompresi pada data audioimage, dan video juga sebenarnya dapat menggunakan metode general purposeseperti Huffman Coding, RLE, dan algoritma kompresi lossless lainnya. Selain itu, tipe data audioimage, danvideo juga dapat dikompresi menggunakan metode kompresi lossy seperti menghilangkan beberapa informasi yang tidak dibutuhkan, tetapi, hasil dari kompresi tersebut akan menurunkan kualitas dari data dan tidak akan dapat dikembalikan seperti semula secara utuh.

6.      Format file hasil kompresi
Sebenarnya, format file hasil kompresi dapat dibuat sesuai dengan keinginan pembuat software kompresi, seperti yang terdapat pada software Winzip yang akan menghasilkan format hasil kompresi ZIP dan Winraryang dapat menghasilkan format hasil kompresi berekstensi RAR.