Minggu, 23 Maret 2014

Pengertian Cerpen

Kata fiksi berasal dari fiction yang berarti rekaan, khayalan, tidak berdasarkan kenyataan, atau dapat juga berarti suatu pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran semata. Sebagai karya fiksi pemaparan suatu peristiwa atau seseorang seolah-olah terjadi atau seolah-olah benar-benar ada atau telah pernah ada. Padahal pemaparan tersebut tidak pernah ada ia hanya berada dalam hanyalan dan pikiran pengarang semata. Meskipun fiksi menyandarkan penciptaannya dengan kekuatan imajinasi sastrawan, tetapi bukan berarti pula semua fiksi ditulis sepenuhnya dengan dukungan imajinasi. Ditemukan juga tokoh dan peristiwa dalam fiksi yang berhubungan dengan orang tertentu dan kejadian tertentu yang pernah ada dalam realitas objektif. Misalnya novel Salah Asuhan karya Abdul Muis, dapat dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam realitas objektif sekitar tahun 1920-an. Tenggelamnya kapal dagang Belanda Van der Wijck di dekat Tuban Jawa Timur telah mengilhami Hamka menciptakan sebuah roman.
          Karya fiksi dapat dibedakan dalam berbagai bentuk, baik itu roman, novel, novelet, maupun cerpen. Perbedaan berbagai macam bentuk dalam karya fiksi itu pada dasarnya hanya terletak pada kadar panjang pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita serta jumlah pelaku yang mendukung cerita itu sendiri. Akan tetapi, elemen-elemen yang dikandungnya oleh setiap bentuk karya fiksi maupun cara pengarang pemaparkan isi ceritanya memiliki kesamaan. Oleh sebab itu, hasil telaah suatu roman, misalnya pemahaman atau keterampilan telaah itu, dapat juga diterapkan dalam menelaah novel maupun cerpen.

Unsur Intrinsik Pembangun Karya Sastra
·      Setting (latar)
Setting adalah latar peritiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu yang memiliki fungsi fisikal dan psikologis. Setting fisikal berhubungan tempat di lingkungan tertentu. Setting psikologis setting berupa lingkungan atau benda-benda dalam lingkungan tertentu yang bernuasa suatu makna serta mampu mengajuk emosi pembaca.
·      Penokohan
Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh. Cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku disebut penokohan. Penokohan meliputi masalah penamaan, keadaan fisik, keadaan psikis, dan karakter. Pemilihan nama tokoh walaupun sederhana namun berpengaruh terhadap peran, watak, dan masalah yang akan dimunculkan. Pemilihan nama Siti Nurbaya oleh Marah Rusli ada maksudnya dan tidak bisa dibayangkan kalau tpkph itu diberi nama Upik Banun, Habibah, Pariyem, Susi, atau Margareth, jika permasalahan sebagaimana yang diperlukan untuk mendukung permasalahan novel Siti Nurbaya.
·      Alur (Plot)

Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku. Dalam cerita fiksi atau cerpen, urutan peristiwa dapat beraneka ragam. Montage dan Henshow menjelaskan tahapan peristiwa dalam plot suatu cerita dapat tersusun sebagai berikut. Exposition yakni tahapan awal yang berisi penjelasan tentang tempat kejadian peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita. Inciting force yakni tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku. Rising action yaknisituasi panas karena pelaku dalam cerita mulai berkonflik. Crisis yakni situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh pengarangnya. Climax situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi hingga para pelaku mendapatkan nasibnya sendiri-sendiri. Faling action yakni kadar konflik sudah menurun hingga ketenganggan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclution atau penyelesaian cerita.

0 komentar:

Posting Komentar