Minggu, 23 Maret 2014

Pengertian Pidato

Pidato merupakan Public Speaker atau retorika. Retorika adalah seni untuk berbicara dengan baik berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis yang digunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Menurut Aristoteles ada lima hukum retorika (Five Cannons of Rhetoric). Hukum itu adalah:
1.    Inventio (penemuan) yaitu penggalian topik dan pemahaman kebutuhan audience.
2.    Dispositio (Penyusunan) yaitu penyusunan materi atau pengorganisasian pesan meliputi pengantar, isi pesan dan argumen, dan penutup.
3.    Elocutio (gaya) yaitu pemilihan kata dan bahasa yang tepat sesuai karakteristik publik.
4.    Memoria (memori) yaitu mengingat materi yang akan disampaikan.
5.    Pronuntiatio (penyampaian) yaitu penyampaian pesan secara lisan beserta akting, olah suara, olah vokal dan gerakan anggota badan.
Tahap-tahap beridato:
1.    Tahap persiapan (Preparation)
2.    Tahap penyiapan pesan (Message organization)
3.    Tahap penyampaian (Delivery)
Tahap persiapan
Sebelum mempersiapkan teks pidato beberapa hal berikut perlu diperhatikan, yaitu tujuan pembicaraan, komunitas pendengar, topik yang menarik, pengetahuan tentang topik, riset (keterangan tambahan) tentang topik, poin utama presentasi, informasi pendukung, alat bantu, persiapan bahasa, dan hal-hal kecil yang dapat membantu.
Tahap penyiapan pesan, memperhatikan struktur pidato seperti, pengantar, isi dan argumen, dan penutup.
       Membaca naskah pidato tidak sama dengan membaca cerpen atau novel. Untuk membaca naskah pidato ada aspek yang perlu diberi penekanan. Oleh sebab itu, sebelum membaca naskah pidato di depan khalayak perlu dipahami lebih dulu pesan dalam naskah pidato dan cara penyampaiannya. Pembaca naskah pidato harus memperhatikan reaksi pendengar. Disamping itu, pembaca teks pidato juga harus memperhatikan sikap sebagai berikut:
1.    Pandangan mata jangan selalu tertuju pada teks dan peganglah teks setinggi dada sehingga pandangan anda tertuju pada audiens.
2.    Ucapkan pidato dengan jelas, intonasi yang tepat, dan disertai dengan mimik yang serasi.
3.    Jangan gugup di depan pendengar (audiens), bersikaplah wajar.

Salah satu metode pidato yang berhubungan dengan membaca nyaring adalah metode naskah. Metode naskah ini, sama halnya dengan metode menghafal, materi pidato telah direncanakan dan ditulis lengkap. Perbedaannya teks atau naskah tidak dihafal karena akan dibaca saat berpidato. Kemahiran dalam memberikan tekanan pada kata, frasa, atau kalimat dan variasi suara sangat penting untuk menghidupkan pidato karena mata pembicara lebih banyak ditujukan pada teks.
       Membaca nyaring merupakan hal  penting dan erat kaitannya dengan metode naskah. Orator atau orang yang berpidato tidak hanya harus mahir membaca tetapi harus dapat mengomunikasikan gagasan-gagasan yang terdapat di balik kata dan kalimat dalam teks kepada pendengar. Oleh karena itu, diperlukan  kemahiran dalam mengubah-ubah nada suara dan tekanan sehingga pendengar tidak sedang melihat orang yang membaca.
Artikulasi atau lafal dalam berpidato, yaitu pengucapan bunyi bahasa, baik fonem, kata, maupun kalimat. Jika artikulasi jelek, apalagi berbaur dengan suara gaduh, pendengar tidak akan memberikan perhatian. Oleh karena itu, pengucapan bunyi-bunyi bahasa harus jelas.
Volume suara seorang pembaca teks pidato pun harus terpelihara. Artinya, harus dapat menyesuaikan dengan keadaan ruangan dan jumlah pendengar. Kecepatan berbicara dapat diubah sesuai dengan penting tidaknya isi uraian.
Seseorang yang berpidato harus memperlihatkan dirinya betul-betul sebagai seorang manusia yang hidup karena pendengar hadir bukan untuk mendengar suara dari rekaman atau radio, tetapi ingin mendengar sesuatu langsung dari manusianya. Oleh karena itu, gerak gerik harus lincah, bebas dan tidak kaku.
Selain gerak-gerik, ekspresi wajah atau mimik sangat pula menentukan keberhasilan sebuah pidato. Sekalipun membaca naskah, ekspresi pembaca naskah tetap harus muncul untuk menghilangkan bahaya besar yaitu tidak adanya kontak pandang antara pembicara dan pendengar.
Jalaluddin  Rakhmad menyebutkan ada tiga jenis pidato, yaitu
1.    Pidato persuasif  yaitu pidato yang bertujuan memengaruhi auduiens
2.    Pidato informatif yaitu pidato yang bertujuan menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya kepada audiens.
3.    Pidato rekreatif yaitu pidato yang bertujuan memberi hiburan kepada audiens.
Sebelum membaca secara nyaring, ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1.    Bacalah teks terlebih dahulu secara sekilas (skimming) untuk mendapatkan informasi pokok dan informasi tambahan secara cepat dengan menandai kata-kata, frasa-frasa, dan kalimat-kalimat inti.
2.    Lanjutkanlah dengan membaca teliti (close reading) dengan tujuan untuk memahami teks sepenuhnya, organisasinya, dan hubungan gagasan-gagasan bawahan dengan gagasan-gagasan utama.
3.    Bacalah dengan nyaring secara berulang-ulang sesuai dengan hasil penafsiran pada langkah-langkah sebelumnya dengan memerhatikan nada suara, tempo dan tekanan.
Untuk dapat membaca naskah pidato dengan baik, kita juga dapat memberikan tanda-tanda jeda dan intonasi pada teks tersebut. Dengan demikian kita akan lebih lancar dalam membaca teks pidato. Adapun tanda-tanda yang dimaksud sebagai berikut:


1.     /   : Untuk jeda pendek
2.    //   : Untuk jeda panjang atau berhenti
       3.      : Untuk intonasi mendatar
4.             : :Untuk intonasi naik
5.  : untuk intonasi turun




Metode pidato
1.    Metode impromptu (serta merta) adalah metode penyajian berdasarkan kebutuhan sesaat
2.    Metode menghafal adalah penyajian lisan yang dibawakan dengan metode ini bukan saja direncanakan, tetapi ditulis secara lengkap kemudian dihafal kata demi kata.

3.    Metode naskah sangat dianjurkan karena merupakan jalan tengah. Uraian yang dibicarakan dengan metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat catatan-catatan yang penting, yang sekaligus menjadi urutan bagi uraian itu.

0 komentar:

Posting Komentar